Our social:

Latest Post

Monday 30 January 2017

Ideologi Liberalisme, Mencetak Remaja Rapuh

Ideologi Liberalisme, Mencetak Remaja Rapuh
Oleh: Abu Asma
(Pembina Lembaga Dakwah Sekolah HTI Jombang)

Ilmu Bermanfaat - Benar – benar bodoh tindakan yang dilakukan seorang remaja umur 21 tahun di jombang. Nekat bunuh diri dengan terjun ke sungai Berantas dari jembatan Ploso Jombang, selasa (24/01/2017). Menurut keterangan polisi pemuda tersebut bernama Kuswantoro dari Dusun Randu Rejo, Desa Marmoyo, Kecamatan Kabuh. Pemuda tersebut nekat bunuh diri setelah bertengkar dengan pacarnya yang tidak lain merupakan siswi salah satu sekolah SMK di Kecamatan Ploso. Pertengkaran dua muda mudi yang berakibat bunuh diri tersebut diduga hanya karena cemburu.
Sebenarnya kalau kita mengamati kasus diatas bukanlah hal baru, karena banyak sekali kasus yang sama pada remaja saat ini dan terus berulang. Motifnya tidak lepas dari masalah cinta, gengsi dan harta.
Akibat Racun Liberalisme
Remaja saat ini tidak memiliki figur panutan yang bisa dicontoh, setiap hari mereka terus dijejali sinetron – sinetron lebay. Sinetron yang sama sekali tidak mendidik, mempertontonkan kehidupan yang penuh dengan hedonisme. Dari sinetron, remaja diajarkan gaya hidup yang serba mewah, pakaian up to date kendaraan kinclong, dan gadget keren akibatnya mereka gengsi terlihat sederhana. Dari sinetron mereka di kenalkan dengan aktifitas haram yang namanya pacaran, seolah remaja keren itu yang punya pacar. Sampai – sampai ada istilah “Jones” (Jomblo Ngenes) dikalangan mereka, ini sungguh menyakitkan. Seandainya mereka tidak mengikuti arus kegelapan yang ditularkan dari sinetron mereka akan diledek dan dipermalukan oleh teman – teman mereka, dianggap remaja “Kuper” kurang pergaulan, dan lain lain.
Memang begitulah racun – racun liberalisme di negeri ini, sudah menyebar ke seluruh elemen kehidupan termasuk di kalangan remaja. Liberalisme mengajarkan kehidupan yang serba bebas seolah – olah manusia bisa hidup dengan semaunya sendiri. Semuanya dianggap serba boleh, pakaian minim “you can see” dianggap gaul padahal tidak menutup aurat, pacaran dianggap hal biasa katanya motivasi belajar padahal justru sangat merugikan (buang waktu, buang duit dan dilarang dalam Islam). Kalau sampai ada masalah pertengkaran karena cemburu atau seks bebas hingga lahir anak, saling lempar tanggung jawab, akibatnya saling bunuh membunuh. Liberalisme telah mencetak remaja – remaja labil dan galau.
Perlu Ketaqwaan Personal dan Sosial
Terdapat dua faktor penyebab remaja menjadi labil dan galau yang berujung pada bunuh diri. Faktor pertama lemahnya ketaqwaan personal pada diri remaja tersebut yaitu lemahnya kontrol dan kesalahan konsep diri pada remaja tersebut. Kontrol diri yang lemah disebabkan karena lemahnya keimanan dan akidah, akibatnya setiap tindakan yang dilakukan hanya mengikuti hawa nafsu dan bisikan – bisikan syaitan. Selain hal tersebut dari sisi pemahaman (tsaqafah) islam juga kurang sehingga standar perbuatan baik dan buruk tidak mengikuti perintah Allah swt, tidak memahami apakah perbuatan yang dilakukan tersebut halal atau haram. Padahal dalam Islam telah jelas Allah SWT mengharamkan yang namanya aktifitas pacarn. Apabila mengetahui itupun biasanya hanya sebatas menjadi pelajaran yang dihafal saja tanpa adanya sebuah amalan hukum – hukum Islam dalam kehidupan keseharian. Sedangkan dari sisi konsep diri yang salah remaja tidak paham siapa sejatinya dirinya. Orientasi dan pandangan hidupnya tidak jelas darimana dia berasal, untuk apa dia hidup dan akan kemana setelah hidup. Maka jelas jika ingin Allah memuliakan hidup kita tidak ada yang lain selain bertaqwa kepadaNya, Allah SWT berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa (QS al-Hujurat [49]: 13).
Faktor kedua lemahnya ketaqwaan sosial, ada pada peran Negara dengan penerapan sistemnya, Faktor ini sangat penting karena dari faktor inilah terjaga ketaqwaan personal. Negara dengan penerapan sistemnya, memiliki tanggung jawab besar atas segala kebijakan – kebijakannya. Negara tidak boleh abai, apalagi mendukung aneka racun liberalisme yang dihembuskan dari barat. Setiap pejabat Negara yang diamanahkan untuk mengurusi umatnya harus menjaga rakyatnya, melingkupi rakyatnya dengan nasihat serta memerintah rakyat dengan hukum Islam, tidak dengan hukum yang lain.
Menasihati rakyat itu di antaranya dengan menunjukkan kepada mereka kebaikan dan kemaslahatan agama dan dunia. Aneka permasalahan remaja saat ini tidak bisa dipungkiri atas lemahnya peran Negara dalam pengawasan lingkungan sekitar, pendidikan dan ekonomi.
Lingkungan sekitar mulai dari tontonan remaja, tongkrongan dan aneka lingkungan remaja. Negara wajib mengawasinya apabila dapat menjerumuskan pada kemaksiatan Negara harus membersihkannya. Seperti discotik, café café mesum, sinetron pacar – pacaran, tempat – tempat mesum, tontonan mesum, peredaran miras, dll.
Dari pendidikan, Negara juga harus memberi pendidikan yang layak. Memperhatikan berapa persen ilmu agama yang ada dalam kurikulum sekolah sekarang yang seharusnya itu mendapatkan porsi lebih banyak dibanding ilmu – ilmu umum. Bukan seperti sekarang ini, porsi ilmu agama terus dikurangi bahkan cenderung pendidikan di perjual belikan.
Ingatlah wahai para pemimpin, kalian ini diangkat untuk mengurusi umat, mengurusi kaum muslimin. Rasul SAW. bersabda:
« مَا مِنْ أَمِيرٍ يَلِى أَمْرَ الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لاَ يَجْهَدُ لَهُمْ وَيَنْصَحُ إِلاَّ لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمُ الْجَنَّةَ »
Tidaklah seorang pemimpin mengurusi urusan kaum Muslim, kemudian tidak bersungguh-sungguh untuk mengurusi mereka dan tidak menasihati mereka, kecuali dia tidak akan masuk surga bersama mereka (HR Muslim)
Dari sisi ekonomi ini berdampak pada aktifitas keluarga, semakin meningkatnya harga bahan – bahan pokok, maka keluarga seolah seperti robot dalam kapitalisme mereka kerja pagi hingga malam, tak banyak yang membiarkan anaknya, menelantarkan tidak peduli bagaimana agamanya, aktifitasnya yang penting dicukupi keuangannya sehingga lahirlah generasi labil dan galau sekarang ini. Negara harus paham bahwa tugas Negara adalah mencukupi kebutuhan rakyatnya, bukan mendzaliminya dengan menjerat pajak tinggi, harga bahan pokok mahal. Negara harus mendidik keluarga, keluarga diberikan pemahaman bagaimana menjadi contoh dan teladan, sehingga keluarga harus memiliki pemahaman ilmu agama yang tinggi.
Pemimpin harus memenuhi semua kebutuhan rakyat, sebagaimana yang diperingatkan Rasul SAW :
« مَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ النَّاسِ شَيْئاً فَاحْتَجَبَ عَنْ أُولِى الضَّعَفَةِ وَالْحَاجَةِ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ »
Siapa saja yang mengurusi urusan masyarakat, lalu ia menutup diri dari orang yang lemah dan membutuhkan, niscaya Allah menutup diri dari dirinya pada Hari Kiamat (HR Muslim).
Penerapan Syariah Islam Solusi Tuntasnya
Allah SWT telah mewajibkan penguasa untuk memerintah rakyat hanya dengan syariah-Nya saja. Islam mengharamkan kaum muslimin, dan penguasa – penguasa kaum muslimin untuk mengambil sesuatu dari selain Islam apalagi dalam urusan penerapan aturan Negara. Allah SWT akan menolakNya.
Maka tidak ada sebuah pilihan hukum terbaik yang dapat menghantarkan manusia pada keberkahan selain hukum Islam. Allah SWT berfirman:
﴿فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ﴾
Karena itu hukumilah mereka menurut apa yang telah Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepada kamu (QS al-Maidah [5]: 48).
Ketakwaan pemimpin, kesadarannya akan tanggung jawab kepemimpinan yang merupakan amanah yang akan dimintai pertangungan jawab di akhirat, hubungan penguasa dengan rakyat yang dilandasi spirit dan suasana keimanan dan penerapan hukum Islam secara kaffah tentu tidak bisa terwujud tanpa sistem pemerintahan Islam, Khilafah ar-Rasyidah. Karena itu, Khilafah ar-Rasyidah yang menerapkan syariah secara total harus sesegera mungkin diwujudkan.
Maka ketaqwaan personal dan ketaqwaan social akan benar – benar terwujud. Melahirkan generasi hebat, generasi keemasan dan generasi tangguh sebagaimana zaman ke khilafahan sebelumnya.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ
Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, Kami akan membukakan pintu keberkahan atas mereka dari langit dan bumi (QS al-A’raf [7]: 96).

Sumber : http://www.visimuslim.net/2017/01/liberalisme-mencetak-remaja-rapuh.html